ZATTODAY.NET – Aceh Tengah, Hari ini, masyarakat Aceh Tengah menyaksikan babak baru dalam upaya pelestarian lingkungan di Danau Lut Tawar. Pembongkaran Cangkul Padang dan Cangkul Dedem yang telah berlangsung beberapa waktu lalu, menjadi titik balik bagi nelayan yang selama ini menggantungkan hidupnya pada alat tangkap tersebut. Rabu, 9 Juli 2025.
Rubaiyah (50), seorang ibu nelayan yang gigih dan peduli, menjadi suara hati para nelayan cangkul. Dengan semangat dan ketegaran, ia menyuarakan aspirasi dan keluh kesah para istri nelayan cangkul. Ia berharap agar pemerintah tidak menganak-tirikan pemilik cangkul yang telah rela membongkar cangkul demi keberlanjutan dan kelestarian Danau Lut Tawar.

“Danau ini milik kita, kita jaga bersama,” kata Rubaiyah dengan penuh harap. Namun, di balik kata-kata tersebut, terdapat kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Air mata yang mengalir dari mata Rubaiyah dan para nelayan cangkul lainnya, menjadi simbol dari pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh Rubaiyah dan para nelayan cangkul lainnya. Mereka telah kehilangan mata pencaharian yang telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Namun, mereka juga menyadari bahwa keputusan ini diambil demi keberlanjutan dan kelestarian Danau Lut Tawar.
“Air mata kami mengalir, namun kami juga memiliki harapan,” kata Rubaiyah dengan suara yang penuh emosi. “Kami berharap agar pemerintah dapat membantu kami dengan alih usaha yang ramah lingkungan, sehingga kami dapat memulai kembali dan membangun kehidupan yang lebih baik.”
Kami, para nelayan cangkul, juga ingin menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah dan tim satgas atas segala kesalahan dan kata-kata kasar yang mungkin kami ucapkan selama proses mediasi. Kami menyadari bahwa kami juga memiliki emosi dan keterbatasan, namun kami berharap agar dapat bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua pihak.
Kita harus memahami bahwa nelayan cangkul juga merupakan bagian dari masyarakat yang berusaha untuk mencari nafkah. Mereka telah rela membongkar cangkul demi keberlanjutan dan kelestarian Danau Lut Tawar. Mari kita tidak menghujat mereka, tapi sebaliknya kita harus memberikan dukungan dan bantuan kepada mereka.
Di balik kesedihan dan kehilangan, terdapat harapan yang terbit. Rubaiyah dan para nelayan cangkul lainnya berharap agar pemerintah dan masyarakat dapat memahami aspirasi dan kebutuhan mereka. Mereka berharap agar dapat bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua pihak.
“Danau Lut Tawar milik kita, kita jaga bersama,” kata Rubaiyah dengan penuh harap. Semoga langkah ini dapat menjadi awal bagi keberlanjutan dan kelestarian lingkungan di danau tersebut, serta meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat sekitar.