ACEH TENGAHBERITA

“Tolak Lupa”: Mahasiswa Suarakan Tuntutan Keadilan dalam Aksi Simbolik “September Hitam”

×

<span style="color: #3366ff;"><strong>“Tolak Lupa”: Mahasiswa Suarakan Tuntutan Keadilan dalam Aksi Simbolik “September Hitam”</strong></span>

Sebarkan artikel ini

ZATTODAY.NET – Pada Selasa Malam 30 September 2025, Terlihat Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Universitas Gajah Putih (UGP) dan BEM Nusantara Aceh menggelar aksi simbolik bertajuk “September Hitam” di Tugu Aman Dimot, Aceh Tengah. Aksi damai ini digelar untuk merefleksikan sejarah kelam bangsa, mengenang jasa pahlawan lokal, serta menyuarakan tuntutan krusial kepada pemerintah.

Kegiatan ini memiliki makna berlapis: memperingati tragedi G30S/PKI, menolak lupa terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat, serta menghormati perjuangan pahlawan Gayo, Aman Dimot, dan peran vital Radio Rimba Raya dalam menyiarkan proklamasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia.

Presiden Mahasiswa UGP, Asraf, dalam orasinya menyatakan bahwa refleksi sejarah adalah fondasi penting bagi generasi muda. “Kami, mahasiswa, berdiri di sini untuk mengingat, mengenang, dan menolak lupa. Sejarah kelam G30S/PKI dan berbagai pelanggaran HAM berat adalah luka bangsa yang tak boleh diabaikan. Di saat yang sama, kami menghormati perjuangan pahlawan dari Tanoh Gayo seperti Aman Dimot dan peran besar Radio Rimba Raya yang memastikan dunia mendengar kemerdekaan kita,” tegas Asraf.

Baca juga beritanya  Tokoh HAM Ir. Samsidar: Kekerasan Zumba di Aceh Tengah Bukan Insiden Spontan

Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan delapan tuntutan utama yang mendesak untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah Republik Indonesia:

1. Tegakkan Supremasi Sipil Memastikan kekuasaan sipil memegang kendali penuh atas seluruh kebijakan strategis negara.

2. Bentuk Tim Investigasi Independen Mendesak Presiden RI untuk membuktikan pernyataannya terkait dugaan keterlibatan asing dan indikasi makar pada aksi massa Agustus lalu dengan membentuk tim investigasi yang transparan dan independen.

3. Tuntaskan Pelanggaran HAM Mengusut tuntas seluruh kasus pelanggaran HAM, baik di masa lalu maupun yang terjadi saat ini, tanpa terkecuali.

4. Hentikan Impunitas dan Kriminalisasi Menghentikan segala bentuk impunitas bagi pelaku kejahatan serta kriminalisasi terhadap rakyat yang menyuarakan kritik dan pendapat.

5. Wujudkan Pemerataan Pendidikan Mendesak pemerintah segera merealisasikan pemerataan infrastruktur pendidikan, khususnya di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T).

Baca juga beritanya  Ustadz Ridwan Bintang Kembali Pimpin RTA Aceh Tengah, Siap Berkontribusi dalam Pembangunan

6. Tingkatkan Kesejahteraan Pendidik Mendesak pemerintah untuk secara serius meningkatkan kesejahteraan guru dan seluruh tenaga pendidik di Indonesia.

7. Perhatikan Radio Rimba Raya sebagai momumen bersejerah yang menyurarakan kemerdekaan indonesia, buat surat edaran terkait pentingnya mengenang sejarah Radio Rimba Raya dalam memerdekakan indonesia dan di perjelas untuk bisa dipelajari bagi generasi penerus bangsa indonesia.

8. Perhatikan Tugu Aman Dimot yang kini menjadi kawasan kumuh tanpa kejelasan, seharusnya pemerintah sadar akan pengorbanan aman dimot sebagai pahlawan dalam memerdekakan Republik Indonesia.

Angga, Sekretaris Jenderal PEMA UGP yang juga merupakan perwakilan BEM Nusantara Aceh anggota bidang Politik, Hukum, HAM, menambahkan pentingnya peran Aceh dalam sejarah perjuangan bangsa. “Mahasiswa Indonesia, khususnya di Aceh, wajib mengingat sejarah. Pengorbanan rakyat Aceh untuk kemerdekaan sangat besar. Oleh karena itu, pemerintah juga harus memberi perhatian kepada Aceh dan segera menuntaskan kasus-kasus HAM yang hingga kini masih mengambang tanpa kejelasan,” ujarnya.

Baca juga beritanya  DPO Pembunuhan Berantai: Pelaku Tinggal di 2 Tempat, Aceh Tenggara dan Bener Meriah

Aksi ini juga didukung oleh berbagai elemen mahasiswa lainnya. Muliadi Bahtra, Ketua BEM Fakultas Pertanian UGP, bersama anggotanya, menyuarakan esensi demokrasi. “Dalam negara demokrasi, suara rakyat adalah hukum tertinggi. Jika hati rakyat tersakiti, negara bisa hancur,” katanya sambil membacakan puisi untuk membakar semangat juang para peserta aksi.

Turut hadir memberikan dukungan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UGP, Sapdani Gayo, beserta jajarannya. Kehadiran mereka menegaskan solidaritas mahasiswa dalam mengawal sejarah dan memperjuangkan masa depan Indonesia yang lebih adil.

Puluhan masa yang hadir juga berharap Aksi Simbolik ini di dengarkan, dipahami, diperhatikan dan diberi tindakan tegas oleh Pemerintah serta Pemerintah harus menunjukan bukti nyata dan jelas demi kebaikan bangsa dan Negara Republik Indonesia kedepannya. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *