ZATTODAY.NET – Kemunculan 30 ekor gajah Sumatera di pemukiman warga Desa Paya Tampu, Kecamatan Rusip Antara, Kabupaten Aceh Tengah, pada Sabtu (31/5/2025), bukanlah kejadian pertama. Menurut Muhammad Nur, seorang wisatawan yang menyaksikan kejadian tersebut, kawanan gajah ini sudah bertahun-tahun melintas di kawasan tersebut.
“Kawanan gajah ini sesekali mencari makan ke perkebunan warga, terkadang warga gagal panen karena hasil perkebunan nya di obrak-abrik oleh kawanan gajah,” kata Muhammad Nur minggu 1 Juni 2025 kepada media zattoday.net.
Menurutnya, konflik antara gajah dan warga bukanlah konflik dengan manusia, melainkan konflik dengan lokasi. “Sungai dan hutan masih cukup bagus, tapi diduga ada pembalakan liar di dalam hutan sehingga menyebabkan gajah turun ke sungai dan menyebrang ke kebun warga untuk mencari makan,” jelasnya.
Muhammad Nur, yang juga Direktur Forum Bangun Investasi Aceh (FORBINA), menambahkan bahwa masalah ini sudah berlangsung sekitar 10 tahun. “Kita perlu fokus menangani masalah gajah ini karena titik wilayah kawanan gajah saat ini di Rusip Antara adalah kawasan penting bagi satwa gajah yang dilindungi,” katanya.
Ia juga menilai bahwa BKSDA, pemerintah baik pusat maupun daerah, serta pemerhati konservasi perlu segera menangani masalah ini. “Gajah berjalan bergerombolan mencari makan, minum tidak menganggu, namun sesekali dia menggangu karena tergantung tanaman yang di tanam warga. Konfliknya di situ dan ini harus segera di tangani,” Pungkasnya.
Muhammad Nur juga menyayangkan kurangnya respon dari BKSDA terkait masalah gajah ini. “Sepertinya BKSDA tidak tahu tentang gajah yang ada di Kecamatan Rusip Antara selama ini, makanya tidak ada respon tanggapan penting dilakukan terkait masalah gajah ini,” Terangnya.
Dengan demikian, perlu perhatian serius dari BKSDA, pemerintah baik pusat maupun daerah, serta pemerhati konservasi untuk menangani masalah gajah ini dan mencari solusi yang tepat untuk mengurangi konflik antara gajah dan warga.